Minggu ke-15, SIKAP TERHADAP ALAM

150. Pert     :     Bagaimana seharusnya orang percaya menentukan sikap terhadap alam?
        Jwb    :     Secara asasi sikap orang percaya terhadap alam didasarkan pada hubungan manusia dengan alam seperti dikehendaki Allah dalam penciptaan.
                                [Kej.1:26-31]

151. Pert     :     Bagaimana hubungan manusia dengan alam menurut penciptaan oleh Allah?
        Jwb    :     Hubungan manusia dengan alam ditata sebagai berikut:
1.   Manusia berada di dalam alam sebagai bagian dari alam dan alam merupakan “rumah kediaman” bagi manusia bersama-sama dengan semua makhluk yang lain.
2.   Manusia memiliki kedudukan di atas alam, menguasai alam dan harus mengolah alam untuk menunjang kehidupannya.
                                [Kej.1:26-31; Mzm.8:4-9]

152. Pert     :     Mengapa hanya manusia yang mengemban tanggung jawab mengenai alam, sedangkan makhluk-makhluk lain tidak ?
        Jwb    :     Karena manusia sebagai satu-satunya makhluk yang diciptakan menurut gambar Allah, yang memiliki kelebihan di atas segala makhluk lain, dalam arti :
1.   Hanya manusia yang oleh Allah diberi kebebasan untuk menciptakan kehidupannya.
2.   Hanya manusia yang oleh Allah dilengkapi dengan akal budi sehingga mampu menguasai, mengolah dan menggunakan alam untuk menunjang kehidupannya.
3.   Karena memiliki kebebasan untuk menciptakan kehidupannya dan memiliki akal budi, maka hanya manusia yang tertuntut tanggung jawab dan mampu bertanggung jawab.
                                [Kej.2:17; Ams.1:29-31; 6:16-19; 16:3; Mat.22:37; Luk.16:2; Rm.14:12; Kol.1:21]

153. Pert     :     Apa isi tuntutan tanggungjawab manusia mengenai alam?
        Jwb    :     Isi tuntutan tanggungjawab manusia mengenai alam adalah:
1.   Dengan kebebasan dan kewenangannya, manusia menguasai, mengolah dan menggunakan alam untuk menunjang kehidupannya.
2.   Serempak dengan itu manusia memelihara dan mempertahankan kelestarian alam sebagai rumah kediaman bersama dengan semua makhluk, dengan demikian kelestarian semua makhluk termasuk manusia juga terjaga.
                                [Ams.27:23-27]

154. Pert     :     Apa motivasi orang percaya untuk bertanggung jawab mengenai alam?
        Jwb    :     Motivasi itu adalah tindakan yang didasarkan pada kesadaran iman yang berisi tiga hal, yaitu :
1.   Kesadaran diri sebagai mandataris Allah atas alam sesuai wewenang dan kewajibannya.
2.   Kesadaran mengenai hak generasi kemudian atas alam.
3.   Kesadaran mengenai hak asasi semua makhluk atas alam sebagai rumah kediaman bersama.
                       
155. Pert     :     Apa isi kesadaran diri sebagai mandataris Allah atas alam?
        Jwb    :     Orang percaya harus mempertanggungjawabkan semua yang diperbuatnya atas alam kepada Allah, Sang pemberi mandat. Manusia tidak boleh memperlakukan alam dengan sewenang-wenang, tetapi justru harus mengelola alam untuk menyatakan kemuliaan Allah, Pencipta dan Pemiliknya.
                       
156. Pert     :     Apa isi kesadaran mengenai hak generasi kemudian?
        Jwb    :     Menyadari bahwa alam bukan hanya untuk generasi sekarang saja, tetapi juga untuk manusia generasi yang akan datang. Oleh sebab itu apapun yang dilakukan oleh generasi sekarang atas alam harus dilakukan dengan memperhitungkan hak generasi yang akan datang atas alam; hak yang sama dengan hak generasi sekarang.
                       
157. Pert     :     Apa isi kesadaran mengenai hak asasi semua makhluk yang lain atas alam sebagai rumah kediaman bersama?
        Jwb    :     Menyadari bahwa sesuai dengan rancangan-Nya yang kekal, Allah menciptakan alam sebagai rumah kediaman bagi semua makhluk. Oleh karena itu manusia harus menghormati hak asasi semua makhluk yang lain atas alam.

158. Pert     :     Karena manusia terpisah-pisahkan oleh kebangsaan, negara dan wilayah, siapakah yang harus bertanggung jawab?
        Jwb    :     Alam adalah suatu sistem yang canggih dan kaya. Itu berarti kelestarian alam adalah kelestarian suatu sistem. Oleh karena itu tanggung jawab mengenai kelestarian alam juga tidak terkotak-kotakkan, tetapi menjadi tanggung jawab umat manusia secara keseluruhan.

                       
Minggu ke-16, SIKAP TERHADAP KEBUDAYAAN

159. Pert     :     Apakah kebudayaan itu?
        Jwb    :     Kebudayaan[1]) adalah segala sesuatu yang dihasilkan manusia dari tingkat yang paling sederhana sampai dengan yang paling modern meliputi segala kegiatan manusia, sistem nilai dan hasilnya.
[Kej.1:26-28]

160. Pert     :     Kebudayaan meliputi apa saja?
        Jwb    :     Kebudayaan meliputi pembuatan perkakas-perkakas dan cara-cara penggunaannya, bahasa dan adat istiadat, agama dan kepercayaan, penetapan nilai-nilai dan pengubahannya, ilmu pengetahuan dan filsafat, serta aneka ragam kesenian.

161. Pert     :     Bagaimana orang percaya memahami kebudayaan?
        Jwb    :     Kebudayaan sebagai hasil cipta dan karya manusia dalam melaksanakan tugas kebudayaan[2]) yang diberikan Allah sejak penciptaan tidak lepas dari cedera manusiawi. Oleh karena itu, kebudayaan mengandung kelemahan dan penyimpangan.
[Kej.2:15; Kej.3]

162. Pert    :     Bagaimana sikap orang percaya terhadap kebudayaan?
        Jwb    :     Sikap orang percaya terhadap kebudayaan adalah:
1.      Menghargai kebudayaan.
2.      Bersikap kristis.
3.      Memperbaiki kesalahan.
[Kej.6:5-8; Kej.11; 2Taw.2:6-10; Mat.5:13-15; Yoh.1:14; Rm.12:2; 1Kor10:23]

163. Pert     :     Apakah tujuan orang percaya memperbaiki dan menggunakan kebudayaan?
        Jwb    :     Tujuannya adalah agar kebudayaan dapat dipulihkan arahnya bagi kemuliaan Tuhan dan penghargaan harkat hidup seluruh ciptaan.
 [1Kor.10:31]


Minggu ke-17, SIKAP TERHADAP ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN TEKNIK

164. Pert     :     Bagaimana seharusnya orang percaya menentukan sikapnya terhadap ilmu pengetahuan, teknologi dan teknik?
        Jwb    :     Sikap orang percaya terhadap ilmu pengetahuan, teknologi dan teknik didasarkan pada keberadaan manusia sebagaimana ia diciptakan oleh Allah.

165. Pert     :     Bagaimana keberadaan manusia itu?
        Jwb    :     Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dikondisikan untuk memprogram dan mengelola sendiri kehidupannya. Oleh karena itu manusia diberi kebebasan serta dilengkapi dengan akal-budi. Manusia dikondisikan harus menguasai, mengolah dan menggunakan alam untuk menunjang kehidupannya, serta memelihara untuk melestarikannya.

166. Pert     :     Berdasarkan keberadaan manusia tersebut, bagaimana manusia memahami ilmu pengetahuan, teknologi dan teknik, baik tentang adanya maupun fungsinya di dalam kehidupan manusia?
        Jwb    :     Sejak awal, meskipun masih sangat sederhana, manusia telah mengusahakan pengetahuan tentang segala sesuatu mengenai manusia sendiri dan mengenai alam. Ilmu pengetahuan itu dibutuhkan manusia dalam bersikap terhadap alam, sehingga lahirlah rupa-rupa teknologi dan teknik.
                                [Kej.1:28-30]

167. Pert     :     Dalam olah ilmu pengetahuan, teknologi dan teknik, manusia terutama sekali memfungsikan akal budinya. Apakah hal itu tidak membawa bahaya pendewaan terhadap akal budi dan menyingkirkan iman?
        Jwb    :     Mungkin saja hal  itu terjadi. Tetapi karena akal budi adalah anugerah Allah, maka tidak sepatutnya hal itu terjadi di dalam kehidupan manusia. Semestinya dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi dan teknik, manusia justru menjadi semakin beriman kepada Allah.

168. Pert     :     Bagaimana dengan pertentangan antara iman dan akal budi?
        Jwb    :     Keduanya itu adalah alat perlengkapan yang diberikan oleh Sang Khalik kepada manusia. Keduanya berasal dari penciptaan. Masing-masing mempunyai fungsinya sendiri, meskipun saling berbeda, tetapi sama-sama dibutuhkan oleh manusia untuk membuat kehidupannya bermartabat manusia.
                                [Kej.1:26,27]

169. Pert     :     Bagaimanakah manusia memfungsikan iman dan akal budinya di dalam kehidupan?
        Jwb    :     Di dalam keadaan yang baik, iman dan akal budi semestinya saling menunjang. Apa yang di dalam kehidupan religius diterima oleh manusia dengan iman, itu ditata secara bernalar dengan akal budi, sehingga menjadi suatu sistem kepercayaan yang bulat dan bernalar. Sebaliknya, apa yang diprogramkan oleh manusia dengan akal budinya, untuk kehidupannya berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya, itu diletakkan di atas suatu dasar yang diterimanya dengan iman sebagai kebenaran. Dengan demikian terwujudlah kehidupan yang berdasarkan pada iman. Karena manusia memiliki cedera manusiawi, maka tidak mampu memfungsikan akal budi dan iman secara saling menunjang. Ada kalanya iman dimutlakkan dan menyisihkan akal budi, atau sebaliknya. Di dalam kondisi dosa, manusia bergumul dengan pemfungsian akal budi dan imannya, dalam pergumulan yang tidak pernah selesai. Syukur dalam hal ini kita mempunyai tumpuan harapan yaitu pertolongan Roh Kudus.
                                [Mis. Kis.2:42; Rm.6:17 (didakhe = pengajaran yang diberikan kepada mereka yang menerima karya, mereka yang percaya]


[1]) Kebudayaan berasal dari bahasa latin Colere, artinya mengolah, mengerjakan. Dari sini lahirlah istilah Cultura, kultur.
[2]) Yang dimaksud “tugas kebudayaan” adalah mandat untuk menaklukkan, mengolah dan memelihara alam.